Bidik-jurnalis.com, Pangkep – Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep) sukses menyelenggarakan Sosialisasi Identifikasi dan Pendaftaran Naskah Kuno Nusantara. Acara ini berlangsung di Aula Gedung Layanan Perpustakaan dan dihadiri oleh berbagai pihak terkait.
Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Pangkep, Muhiddin R, menjelaskan bahwa sosialisasi ini bertujuan untuk mengidentifikasi, menginventarisasi, dan mendata kekayaan naskah kuno. Proses ini mencakup pendataan kondisi fisik naskah serta identifikasi kepemilikannya. Dengan demikian, pemerintah daerah akan memiliki basis data yang kuat, yang menjadi fondasi penting untuk upaya pelestarian dan penelitian lebih lanjut.
“Selama ini, kami menyadari adanya keterlambatan dalam mengidentifikasi dan melestarikan naskah kuno yang banyak tersebar di masyarakat,” ungkap Muhiddin. “Tujuan utama kami adalah menyelamatkan dan mendata warisan budaya bangsa ini, sekaligus menyiapkan salinan cadangan manuskrip. Pemerintah juga siap memfasilitasi pelestarian secara resmi bagi pemilik naskah yang berkeinginan demikian.”
Sebagai langkah awal, identifikasi berhasil mencatat 10 pemegang naskah dengan total 20 naskah kuno.
Prof. Dr. Muhlis Hadrawi, Guru Besar Filologi Universitas Hasanuddin, turut menegaskan pentingnya inventarisasi ini sebagai langkah awal dalam membangun kesadaran kolektif. Beliau menyoroti bahwa pelestarian naskah kuno tidak dapat hanya mengandalkan pemerintah, melainkan membutuhkan partisipasi aktif dari masyarakat luas.
“Potensi naskah kuno di Pangkep sangat besar, namun belum banyak dikenal. Salah satunya adalah Naskah Salemo, yang memuat ajaran agama Islam,” tambah Hadrawi. “Banyak naskah kuno di Pangkep yang belum terinventarisasi dan belum terdaftar di pemerintah. Melalui kegiatan ini, kami berharap dapat terbentuk basis data naskah kuno sebagai langkah krusial dalam melestarikan warisan budaya kita.”
Melalui program ini, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Pangkep berharap dapat mewujudkan sinergi yang kuat antara pemerintah, akademisi, dan masyarakat dalam menjaga warisan budaya yang tak ternilai harganya. Kegiatan ini juga dihadiri oleh akademisi, pemilik naskah, pemerhati budaya, pustakawan, serta penggiat literasi, sekaligus mendukung program pelestarian aksara lontara.





