Bidik-jurnalis.com, Sikka – Ribuan umat muslim dari lima masjid di Kota Maumere, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, memadati Lapangan Umum Kota Baru Maumere untuk menunaikan Salat Idul Adha 1446 Hijriah pada Jumat (6/6/2025). Bertindak sebagai Khatib, Ustadz Amril dalam khutbahnya menyoroti pentingnya nilai-nilai ketulusan, cinta, dan pengorbanan yang dicontohkan Nabi Ibrahim, Ismail, dan Siti Hajar sebagai teladan bagi seluruh umat manusia.
Dalam khutbahnya, Ustadz Amril secara tajam menyentil fenomena kesenjangan sosial yang diakibatkan oleh segelintir kelompok yang menguasai kekayaan negara, menandakan lemahnya jiwa berkorban di tubuh bangsa ini. Ia menambahkan, lunturnya jiwa kenegarawanan ditandai dengan menguatnya kebiasaan mengutamakan kepentingan diri dan kroni di atas kepentingan publik. “Boleh jadi karena makin terkikisnya jiwa ikhlas berkorban sebagai kanopi suci yang diajarkan para Nabi Allah yang kaya mozaik spiritual Ilahiah itu,” ujarnya.
Ustadz Amril menegaskan bahwa kehidupan umat dan bangsa sangat membutuhkan jiwa berkorban berbasis iman demi tegaknya kebenaran, kebaikan, kemajuan, dan segala keutamaan. Hal ini, menurutnya, juga berlaku bagi para pemegang amanah kekuasaan dan mereka yang memiliki kekayaan berlebih, agar bersedia berkorban demi kesejahteraan rakyat yang masih dilanda kehidupan dhu’afa. Tanpa pengorbanan tulus dari para elit dan warga bangsa, ia menekankan, tidak mungkin tercipta kehidupan yang baik dan maju dalam bingkai Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur.
Lebih lanjut, Ustadz Amril menyampaikan bahwa ibadah haji dan kurban turut mengajarkan sifat cinta dan kasih sayang yang jernih terhadap sesama sebagai perwujudan cinta kepada Allah. Ia mencontohkan bagaimana para Nabi, termasuk Ibrahim, Isa, dan Muhammad SAW, mempraktikkan kasih sayang tanpa diskriminasi, bahkan Nabi Ibrahim pernah memohon agar umat Nabi Luth yang durhaka tidak diberi azab.
Ia kemudian menyoroti bahwa saat ini tidak sedikit manusia yang terjangkit virus egoisme, sikap hanya mementingkan diri dan kelompok sendiri, bahkan mengorbankan kepentingan sesama seiman. “Aji mumpung kekuasaan tumbuh di mana-mana. Sifat kasih sayang seolah menjadi mutiara yang hilang untuk ditemukan kembali,” kritiknya.
Ustadz Amril juga menyayangkan maraknya penistaan, kekerasan, konflik, dan perang yang terjadi di berbagai tempat, salah satunya dipicu oleh menguatnya egoisme dan lunturnya kasih sayang. Ia menyebutkan, sebagian orang beriman pun atas nama agama dan kebenaran justru ringan tangan berbuat kekerasan, kehilangan watak kasih sayang yang diajarkan agama dan para Nabi. Ia menambahkan, agama dan jejak Nabi yang mengajarkan kasih sayang dan kedamaian seringkali hanya menjadi ujaran dan retorika indah, tidak menjadi pola tindak dan keteladanan dalam kehidupan sehari-hari, terlihat dari saling hujat, caci maki, kebencian, penipuan, dan penyebaran kebohongan di ruang publik.
Menyikapi kondisi global, Ustadz Amril berharap agar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dapat bersikap tegas dalam menegakkan perdamaian dan tidak diskriminatif, serta tidak tunduk pada kemauan negara-negara adidaya yang merusak tatanan dunia. Ia juga menyatakan keprihatinan terhadap dampak negatif media sosial yang sering menjadi ajang penyebaran kebencian, permusuhan, fitnah, amarah, dan ujaran tak pantas, sehingga kehilangan keadaban dan bingkai akhlakul karimah.
Dalam konteks kehidupan sosial, Ustadz Amril mengungkapkan keprihatinannya terhadap semakin runyamnya kondisi moral masyarakat, dengan merajalelanya minuman keras, narkoba, prostitusi, pornografi, LGBT, dan seks bebas di kalangan remaja. Ia juga menyoroti ironi banyak umat Islam yang bersemangat Salat Id, namun meninggalkan salat lima waktu, padahal itu termasuk dosa besar.
Menjelang seratus hari kerja Bupati Sikka, Ustadz Amril berharap agar suasana tenang, aman, dan tenteram dapat terus terjaga demi kesuksesan pembangunan. Ia juga mengajak seluruh umat Muslim untuk mendukung program pemimpin yang telah terpilih dan meningkatkan rasa persaudaraan, baik ukhuwah islamiyah, ukhuwah insaniyah, maupun ukhuwah wathaniyah, tanpa melihat golongan atau suku. “Dengan rasa persatuan dan persaudaraan kita akan mampu membangun peradaban,” tegasnya.
Mengakhiri khutbahnya, Ustadz Amril berdoa agar Salat Idul Adha, ibadah kurban, serta segenap ibadah umat Muslim melahirkan kehidupan yang khusyuk, baik, dan utama. Ia juga mendoakan para jamaah haji agar diberi kemudahan, keberkahan, dan menjadi haji mabrur, serta mereka yang ditimpa musibah agar diberi kesabaran dan anugerah dari Allah. “Kita bermunajat kepada Allah agar hidup di dunia ini senantiasa berada di jalan-Nya, beribadah dan menjalankan tugas kekhalifahan dalam bimbingan-Nya, serta di akhirat kelak menjadi penghuni Jannatun Na’im dalam ridla dan karunia-Nya. Amin ya Rabb al-Alamin,” pungkasnya. (YOP)